Wednesday, November 26, 2008

Pupuk Bagi Petani Dimana Kah Engkau?

Dari Pojok desa pemuda kampung

Hujan yang telah lama dinantikan akhirnya datang juga, meski bencana masih sering menemaninya,toh bencana datang karena menumpuknya dosa ekologis yang dibuat manusia melalui pejarahan hutan, limbah yang tidak terurus, keserakahan atas nama pembangunan tanpa kebijakan menyisahkan tanah resapan dan seterusnya-dan seterusnya. Bagi petani musim hujan adalah sirine tanda dimulainya tanam raya, dikarenakan air sebagai salah satu faktor kehidupan tersedia Gratis, ( petani tidak bisa berharap dari air irigasi yang memang tidak pernah beres infrastruktur dan manajemennya, apalagi dengan air bor yang masi memerlukan mesin pompa yang bahan bakarnya mahal minta ampun),tampak cerialah wajah kamum petani menyambut musim tanam kali ini. Pada musim tanam Bibit mahal menjadi kebiasaan telah dimaklumi petani dan berusaha diatasi dengan membuat bibit sendiri (meski dengan sembunyi-sembunyi takut ditangkap dengan alasan HAKI), sebagian ternak telah dijual sebagai cadangan modal tanam, bahkan tidak jarang dengan pinjam ke tetangga dengan harapan dikembalikan saat panen, tapi apa lacur ternyata pupuk sebagai salah satu faktor utama produksi tiba-tiba menghilang dari peredaran. Lahan telah diolah, benih telah ditebar harapan akan hasil yang lumayan untuk menyambung kebutuhan hidup telah digantungkan tinggi, tapi bayangan kegagalan jauh lebih tampak dari menguningnya tanaman, kerdil tak sehat karena kekurangan pupuk, bukan petani yang bodoh karena tidak tau bagaimana cara memupuk dan kapan pupuk itu harus diberikan, tapi sekali lagi KARENA PUPUK HILANG DARI PEREDARAN, SUNGGUH ANEH BIN AJAIB. Benarkah para pejabat kita hanya berisi orang-orang bodoh yang tidak bisa ilmu matematika sehingga tidak bisa menghitung berapa kebutuhan pupuk bagi petani? tidak mampukah perusahaan pupuk yang nota bene milik pemerintah yang disubsidi dana milyaran rupiah untuk memproduksi sesuai kebutuhan petani? kami petani tidak terlalu menuntut banyak(meski lebih tepat tidak mampu menuntut banyak)hanya lebih arif lah dalam bekerja, seriuslah mengurusi kami kaum kecil,kalo memang tidak mampu akuilah jangan lantas saling lempar tanggung jawab, berhentilah berpolemik, toh gaji dan tunjangan begitu melimpah bagi mereka sebagai pejabat, jika memang tidak mampu mundurlah biar diganti mereka yang memang mampu. Kecuali jika memang mereka memang dari awal berniat sebagai maling yang lantas berulah sebagai tikus yang menggerogoti dan menyembunyikan pupuk demi menggemukkan perut sendiri. Wallohu alam bissawab