Friday, October 17, 2008

MUSIM PANCAROBA KEKUASAAN


PANCAROBA KEKUASAAN
Kala senja di ujung pojok desa, warna merah semburat melukis langit meyiratkan tanda
alam akan datangnya musim pancaroba yang membawa sifat ketidakpastian. Aku duduk
tepat dilingkar hening doa-doa kepada Orang Tua, Keluarga, Tetangga dan seluruh anak
negeri, angin menyusup lembut membelai daun teling
menysup menggetarkan selaput gendangnya
membisikkan pesan agar diri berhati-hati, kewaspadaan
harus ditingkatkan, karena jamaknya di musim
pancaroba penyakit berkembang biak mengintai raga
yang lemah. Namun musim pancaroba yang akan terjadi
ini bukan sekedar pancaroba biasa, namun kali ini yang
datang adalah PANCAROBA KEKUASAAN.
Datang setiap lima tahun sekali, namun sekarang bisa
juga datang lebih cepat dan lebih sering. Penyakit
keblinger, dendam serakah, aksi tipu, memanipulasi
citra diri dan sederet penyakit kekuasaan lain
menyeruak seperti awan hitam mengepung setiap insan
haus kekuasaan.
Partai-partai baru tumbuh bak jamur dimusim hujan, semua dengan argumentasi
memperjuangkan kepentingan rakyat dan membangun pemerintahan yang lebih baik
(meski sering terbukti bohong dan culas ketika menang atau terpilih). Harta pribadi
maupun Negara ( didapat dengan cara abuse the power/menyalahgunakan akses
kekuasaan) dikeluarkan berjuta-juta bahkan bermilyar-milyar, yang katanya demi
memperjuangkan kepentingan rakyat. Koran, radio, TV dan media-media lain digunakan
untuk memanipulasi citra diri/kelompok, sebenarnya maling disulap menjadi sosok yang
jujur, yang penipu berubah menjadi seperti ulama dan seterusnya dan seterusnya.
Rakyat sebenarnya telah muak mau muntah dengan sandiwara politik murahan, meski
tidak punya pilihan lain melainkan hanya berguman JIANCUK UDAH HABISKAN
UANG NEGARA LUAR BIASA HANYA MELAHIRKAN PENGUASA DAN
POLITIKUS CULAS DAN KORUP. Lantas golput lahir sebagai pilihan, bukan karena
tidak mau berpartisipasi dalam kehidupan bernegara, namun lebih karena tidak mau
tertipu lagi dan tidak mau bertanggung jawab secara moral karena telah memilih orang
dan partai yang salah. Memang banyak juga yang tidak setuju dengan pilihan golput
dengan argumentasi yang masuk akal juga, namun setidaknya tidak perlu bagi kita untuk
bertikai karena pilihan yang berbeda ini, toh yang golput pun masih juga berdoa melalui
harapan-harapannya akan kondisi yang lebih baik bagi Negara ini. Semoga kita menjadi
insan yang sehat raga dan jiwa tidak sakit terserang wabah pancaroba kekuasaan.
Bagaimana?