Tuesday, August 11, 2009

Merah Putih di Pojok Desa dalam Renungan Pemuda Kampung


Senja diujung Selimut malam berirama suara adzan magrib telah menyisahkan pertanyaan-pertanyaan tak terjawab dalam diskusi dengan kawan-kawan pemuda kampungku. Siang itu dipayungi rindang rumpun bambu di tepi sungai, dengan didampingi kopi dan pohong bakar diskusi berjalan begitu gayeng/hangat. Bahasan seputar kejadian dan persoalan yang lagi up todate berkaitan dengan harapan anak negeri setelah 64 tahun kita memproklamirkan kemerdekaan. Cerita tentang perjuangan hidup seorang pemuda dari kota kecil yang merantau ke ibu kota dengan hanya berbekal alat musik sederhana dan berkendara sepeda pancal, hidup menggelandang, pernah ditangkap petugas trantip, semangatnya yang tak pernah padam telah mengantarnya pada puncak kesuksesan dan popularitas meski hanya sekejap karena mati telah menjemput,itu sosok Mbah Surip. Beberapa hari kemudian tersiar kabar kematian seorang penyair besar yang banyak menginspirasi agar tetap semangat, berjuang, tidak menyerah pada keadaan dan selalu berani melawan penindas. Belum jenak media mengulas jejak kehidupan kedua orang tersebut, bom telah memporakporandakan dua hotel besar di jakarta, wow sungguh semakin ramai saja berita di media, dilanjutkan dengan berita perburuan para orang-orang yang dianggap teroris, analisa para pakar intelejen ,pengamat dan masyarakat silih berganti menghiasi media khususnya TV, wartawan berlomba mencari berita yang dianggap eksklusif, para pejabat dan aparat sibuk jumpa pers dan klarifikasi, sungguh benar-benar meriah mengalahkan keramaian lomba peringatan HUT RI yang mulai digelar dikampung-kampung seantero negeri.

Endemi penyakit flu burung dan flu babi seakan tiaada lagi pemberitaannya, kasus-kasus politik seputar pemilu dan kebobrokan KPU sebagai penyelenggara seolah raib, kemiskinan tidak lagi menjadi bahasan yang menarik, ancaman krisis pangan dikarenakan perubahan iklim,badai yang menyebabkan gagal panen yang pasti diikuti naiknya harga-harga tak lagi dianggap mengerikan, ada apakah sebenarnya di negeri ini?

Program-program yang banyak digelontorkan pra pemilu oleh banyak kekuatan politik, baik yang bersumber pada pribadi maupun akses departemen, dinas maupun pemerintah dianggap tak lagi perlu untuk dipantau, dievaluasi apalagi ditindaklanjuti, rakyat telah merasakan kerasnya aroma kebohongan dan kepalsuan janji. Bukankah ini jelas akan semakin membawa kebanyakan rakyat semakin terpuruk pada kemiskinan? dan bukankah kemiskinan mendekatkan pada kekufuran? yang berujung pada putus asa, kriminakitas dan kenekatan-kenekatan yang lain? dan ini adlah ladang subur bagi pihak-pihal yang pandai memanfaatkan untuk kepentingan sepihak mereka, jika orang nekat dan putus asa ketika ditawari jihad dengan sedikit doktrin agitasi bukankah memberi harapan bahwa mada cara mati yang lebih terjamin untuk masuk surga daripada hidup di dunia dalam kesengsaraan?

Kemiskinan, Politik, Kepentingan golongan, Perbedaan Keyakinan dan Ras telah lama menjadi komoditas dagang, propagandan dan legitimasi untuk saling membunuh dan membinasakan, lantas kapankah sebenarnya kita akan benar-benar merdeka? Akankah bangsa ini akan meraih kebesaran dalam bingkai kemakmuran rakyatnya?atau bahkan kita akan hanya menjadi bangsa sendal jepit yang hanya akan dipakai jika perlu, diinjak dan dibuang dengan tanpa rasa berat sedikitpun?oooooh....oh, Indonesia riwayatmu dan kesedihanmu telah keras melengking ke angkasa, ooooh...oh anak bangsa yang masih punya semangat kebangsaan, hawai putra pertiwi yang masih mewarisi tetes darah pejuang, mari bersama bersinergi menjaga dan membangun negeri ini pada posisi dan kapasitas masing-masing, kita singkirkan benalu-benalu di setiap tiang Sang Saka, kita buktikan bersama bahwa kita bukan bangsa sandal jepit. MERDEKA !! MERDEKA !! MERDEKA !!