Friday, July 17, 2009

Pedagang Kaki 5, Club Bola, Bom dan Pilpres


Telah usai gemerlap Pilpres, berbusanya aroma segala janji, tingginya segala harapan dari iklan para calon. Orang-orang kembali dengan kesibukan dan urusan masing-masing sebagaimana biasa, rakyat kecil (yang tentu jumlahnya adalah mayoritas)yang selama kampanye selalu seakan-akan dibela, diperjuangkan dan menjadi sangat penting kembali menapaki duri realitas kehidupannya yang lebih banyak berisi air mata, mulai biaya sekolah yang tidak terjangkau plus sistem penerimaan dan kelulusan yang amburadul, biaya kesehatan dan pelayanan rumah sakit yang tidak kunjung ramah bagi mereka, PHK, persaingan usaha yang tidak fair dst....dst...dst. Para bandar mulai berhitung untung rugi dan kapan balik modal, yang kalah pusing yang menang sudah merancang proyek sebagai kompensasi dst...dst...dst. Capres dan Cawapres yang kalah mulai mengatur strategi untuk 5 tahun kedepan, sebagai oposisi atau harus koalisi? sedangkan pemenang serius mengatur dan mengkondisikan bagaimana mengamankan kekeuasaannya, demikianlah jamak terjadi pada setiap pergantian kekuasaan.

Sebuah club sepak bola ternama (prestasinya gemilang, juara antar club antar wilayah) memastikan akan datang untuk laga persahabatan dengan pemain timnas dalam rangkaian tournya, tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terwujud dikarenakan alasan keamanan, sungguh kabar yang menggembirakan. Iklan perhelatan akbar tersebut jauh-jauh hari telah ramai di media, iklan terjual habis meski dengan harga diatas rata-rata pertandingan club lokal, sungguh berkah momen ini, para pedagang besar sampai kecil sekelas kaki5 melihat momen ini sebagai peluang emas, jika pemilik modal besar tidak begitu terlalu pusing tentang bagaiman produksi (mulai kaos, asesoris,poster dll) namun selalu tidaklah demikian bagi yang kecil, tapi ini adalah momen yang emas tidak akan terjadi setiap saat, betapa beribu-ribu orang akan berkumpul dari segala penjura tanah air bahkan mungkin dari negara tetangga, telah terbayang sekian rupiah di benak mereka, lumayan untuk sedikit menyambung dan menambal kebutuhan hidup, jadi klo harus menjual sesuatu, menggadaikan barang ataupun berhutang mereka tidak akan ragu melakukannya, toh pasti akan segera terbayar .

Waktu terus berjalan, hari H perhelatan pun semakin dekat, persiapan hampir matang dan harapan pun hampir meretas menjadi kenyataan tentang datangnya club idola, berkumpulnya ribuan para pecinta bola, terjualnya sekian banyak produk dan terkumpulnya sekian keuntungan serta harapan-harapan indah yang lain. Sungguh manusia hanya makhluk lemah tiada daya, hanya mampu merencanakan, berusaha dan mendoakan bahwa semua akan terwujud sebagaimana harapan, manusi tidak mampu memastikan sedikitpun, menjelang hari H bom meledak di 2 tempat Ibu kota negara, korban jiwa pun berjatuhan, bangunan rusak berat dan yang lebih parah adalah rontoknya bangunan kepercayaan akan keamanan dalam negeri.

Muncul banyak analisa dan spekulasi, mulai pelaku, dalang, motif dan ekses dari meledaknya bom itu. Ini pasti berkaitan dengan ketidak puasan pilpres bukan-bukan, ini pasti karena para teroris internasional yang marah karena banya anggota mereka yang ditangkapi sehingga mereka mau menunjukkan eksistensi bahwa mereka belum habis, eh jangan ngawur bukan itu karena kurang dasar yang paling mungkin adalah sang pemenang ingin menciptakan legitimasi bahwa dia berhak membuat kebijakan untuk menjinakkan segala kekuatan yang kontra dengan alasan stabilitas dan keamanan waduh semakin ngawur saja, tidak ada bukti sama sekali, eih inikan analisis bung jadi kan boleh-boleh saja, sudahlah jangan diperpanjang, biarlah aparat yang mengurusnya, kita cermati dan awasi bersama-sama biarlah waktu yang akan menjawab ujung dari analisis masing-masing.

Kesedihan, kekecewaan dan kemarahan bercampur menjadi satu, momen emas yang ditunggu telah menjadi kotoran, harap keuntungan telah menjelma menjadi bayang hutang yang tak terbayar, semakin berat saja kehidupan ini, kaki 5 nasipmu meamang sering menyedihkan, PHK, ketimpangan akses dan keberpihakan telah membuatmu kalah bersaing dengan supermarket dan minimarket yang telah masuk jauh ke kampung-kampung mengantarmu ke pinggir jalan denga konsekuensi dikejar-kejar pamong praja, harapan mereguk kentungan melalui momen perhelatan akbar Club bola ternama di hanguskan dengan meledaknya bom, sungguh menyedihkan.

Lantas bagaimana kelanjutan ceritanya, bukankah rakyat berhak atas berita yang benar, kabar kejadian yang faktual dan dapat dipercaya? aku jadi ingat kata bung Stalin (yang mantan PM Uni Sovyet) yang pernah mengatakan, SEMAKIN BESAR KEBOHONGAN SEMAKIN AKAN DIPERCAYA SEBAGAI KEBENARAN. Pedagang kaki5, club bola , Bom dan Pilpres sama-sama beritanya dipersimpangan, menyedihkan.

Aku tersenyum kecut mendengar cerita kawan tentang sebuah negeri yang alam rayanya kaya raya, tambangnya lengkap dan berlimpah namun aneh rakyatnya banyak yang miskin dan kelaparan, bersyukur aku hidup di didesa yang asri, masih banyak pohon, masih bisa memancing di sungai jauh dari kedengkian penghuni dan korupnya aparat pemerintahnya, dipojok desa , di pinggir kali ini aku kembali terfekur, diam dan hening bersama kawanku diiringi gemercik aliran sungai dan desah rumpun bambu.